Pages

Senin, 11 November 2013

Perkembangan Kognitif, Biologis, dan Sosial Tuna Daksa


PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK TUNADAKSA
- Proses adaptasi individu terdiri dari asimilasi dan akomodasi
- Keadaan anak tunadaksa menyebabkan gangguan dan hambatan dalam keterampilan motorik.
- Keterbatasan ini sangat membatasi ruang gerak (motorik) kehidupan anak tersebut.
- Anak tidak mampu memperoleh skema baru dalam beradaptasi.
- Hal inilah yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan kognitif anak
Inteligensi anak tunadaksa
Menurut Lee (1931);
  1. IQ mereka berkisar antara 35–138 (range)
  2. Rata-rata IQ mereka 57 (mean)
  3. Yang lainnya
a. Anak polio IQ 92
b. Anak TBC tulang IQ 88
c. Anak cacat congenital IQ 61
d. Anak Spastis IQ 69
e. Anak cacat pada pusat syaraf IQ 74
PERKEMBANGAN SOCIAL ANAK TUNADAKSA
- Sikap lingkungan sekitar berpengaruh terhadap pembentukan konsep diri anak tunadaksa. Dengan demikian akan mempengaruhi respon sebagian terhadap lingkungannya.
- Jika masyarakat menganggapnya tidak berdaya maka ia akan merasa dirinya tidak berguna.
- Keterbatasan kemampuan anak tunadaksa menyebabkan mereka menarik diri dari pergaulan masyarakat.

PERKEMBANGAN BIOLOGIS

1.      Karakteristik umum anak tunadaksa
Karkteristik umum anak tunadaksa ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yang membentuknya. Hal ini berkaitan dengan beragamnya kecacatan dan tingkat kecacatan yang disandang anak tunadaksa, peran lingkungan yang membentuk dan juga sifat bawaan yang ada dalam diri anak tunadaksa.
2.      Karkteristik khusus anak tunadaksa
Karakteristik khusus anak tunadaksa ini subjeknya digolongkan menjadi dua yaitu anak yang mengalami kelainan sistem cerebral dan anak yang mengalami kelainan sistem muskulus skeletal.
Anak yang mengalami kelainan sistem cerebal, mereka mengalami gangguan dalam hal menangkap pesan-pesan yang disampaikan padanya, mengalami gangguan motorik, gangguan sensoris, mempunyai tingkat kecerdasan yang berentang mulai dari tingkat yang paling rendah sampai ke tingkat gifted, gangguan dalam hal persepsi, gangguan dalam hal simbolisasi, gangguan dalam hal emosi dan penyesuaian diri.
Sedangkan anak yang mengalami kelainan sistem muskulus skeletal, kelainan yang dialaminya dapat berupa kelumpuhan otot, kerusakan otot, dan kelainan otot yang mengakibatkan mereka mengalami hambatan dalam mobilisasi dan melakukan berbagai gerakan. Namun, sebagian besar anak penyandang kelainan sistem skeletal mempunyai tingkat kecerdasan normal karena kerusakan yang dialami tidak berhubungan secara langsung dengan otak. Meskipun demikian, ada juga yang mempunyai tingkat kecerdasan di bawah rata- rata anak normal lainnya.
Adapun karakteristik lainnya, anak berkelainan sistem muskulus dkeletal mempunyai ketidak tabilan emosi. Hal ini dapat berupa mudah tersinggung, mudah marah, lekas putus asa, rendah diri, kurang dapat bergaul, malu, dan suka menyendiri. ketidakstabilan emosi ini disebabkan oleh perkembangan pribadi yang tidak ditunjang oleh lingkungannya, bukan karena kecacatan yang dialaminaya.


Referensi

Somantri, sutjihati, 2006, Psikologi Anak Luar Biasa, Bandung : Refika Reditama.

Tidak ada komentar: