PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK TUNADAKSA
- Proses
adaptasi individu terdiri dari asimilasi dan akomodasi
- Keadaan
anak tunadaksa menyebabkan gangguan dan hambatan dalam keterampilan motorik.
-
Keterbatasan ini sangat membatasi ruang gerak (motorik) kehidupan anak
tersebut.
- Anak tidak
mampu memperoleh skema baru dalam beradaptasi.
Inteligensi anak tunadaksa
Menurut Lee (1931);
- IQ mereka berkisar antara 35–138 (range)
- Rata-rata IQ mereka 57 (mean)
- Yang lainnya
a. Anak
polio IQ 92
b. Anak TBC
tulang IQ 88
c. Anak
cacat congenital IQ 61
d. Anak
Spastis IQ 69
e. Anak cacat pada pusat syaraf IQ 74
PERKEMBANGAN SOCIAL ANAK TUNADAKSA
- Sikap
lingkungan sekitar berpengaruh terhadap pembentukan konsep diri anak tunadaksa.
Dengan demikian akan mempengaruhi respon sebagian terhadap lingkungannya.
- Jika
masyarakat menganggapnya tidak berdaya maka ia akan merasa dirinya tidak
berguna.
-
Keterbatasan kemampuan anak tunadaksa menyebabkan mereka menarik diri dari
pergaulan masyarakat.
PERKEMBANGAN BIOLOGIS
1.
Karakteristik umum anak
tunadaksa
Karkteristik umum anak
tunadaksa ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yang membentuknya. Hal ini
berkaitan dengan beragamnya kecacatan dan tingkat kecacatan yang disandang anak
tunadaksa, peran lingkungan yang membentuk dan juga sifat bawaan yang ada dalam
diri anak tunadaksa.
2.
Karkteristik khusus anak
tunadaksa
Karakteristik khusus anak
tunadaksa ini subjeknya digolongkan menjadi dua yaitu anak yang mengalami
kelainan sistem cerebral dan anak yang mengalami kelainan sistem muskulus
skeletal.
Anak yang mengalami kelainan sistem cerebal, mereka
mengalami gangguan dalam hal menangkap pesan-pesan yang disampaikan padanya,
mengalami gangguan motorik, gangguan sensoris, mempunyai tingkat kecerdasan
yang berentang mulai dari tingkat yang paling rendah sampai ke tingkat gifted,
gangguan dalam hal persepsi, gangguan dalam hal simbolisasi, gangguan dalam hal
emosi dan penyesuaian diri.
Sedangkan anak yang mengalami kelainan sistem muskulus skeletal,
kelainan yang dialaminya dapat berupa kelumpuhan otot, kerusakan otot, dan
kelainan otot yang mengakibatkan mereka mengalami hambatan dalam mobilisasi dan
melakukan berbagai gerakan. Namun, sebagian besar anak penyandang kelainan
sistem skeletal mempunyai tingkat kecerdasan normal karena kerusakan yang dialami
tidak berhubungan secara langsung dengan otak. Meskipun demikian, ada juga yang
mempunyai tingkat kecerdasan di bawah rata- rata anak normal lainnya.
Adapun karakteristik lainnya, anak berkelainan sistem muskulus dkeletal mempunyai ketidak tabilan emosi. Hal ini dapat berupa mudah tersinggung, mudah marah, lekas putus asa, rendah diri, kurang dapat bergaul, malu, dan suka menyendiri. ketidakstabilan emosi ini disebabkan oleh perkembangan pribadi yang tidak ditunjang oleh lingkungannya, bukan karena kecacatan yang dialaminaya.
Referensi
Somantri, sutjihati, 2006, Psikologi Anak Luar Biasa, Bandung : Refika Reditama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar