Pages

Senin, 28 Oktober 2013

Klasifikasi Penderita Tuna Daksa


Menurut Frances G. Koening Tunadaksa dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Kerusakan yang dibawa sejak lahir atau kerusakan yang merupakan keturunan
· Club foot ( kaki seperti tongkat)
· Club hand (tangan seperti tongkat)
· Polydactylism (jari yang lebih dari lima pada masing-masing tangan atau kaki)
· Syndactylism (jari-jari tang berselaput atau menrmpel satu dengan yang lainnya)
· Torticolis (gangguan pada leher sehingga kepala terkulai dimuka)
· Spina bifida ( sebagian sumsum tulang belakang tidak tertutup)
· Cretinism (kerdil/katai)
· Mycrocephalus (kepala yang kecil, tidal normal)
· Hydrocephalus (kepala besar berisi cairan)
· Clefpalats (langit-langit mulut yang berlubang)
· Herelip (ganguan pada bibir dan mulut)
· Congenital hip dislocation (kelumpuhan pada bagian paha)
· Congenital amputation (bayi yang dilahirkan tanpa anggota tertentu)
· Frederich ataxia (gangguan sumsum tulang belakang)
· Coxa valga (gangguan pad sendi paha)
· Sypillis (kerusakan tulang dan sendi akibat penyakit syphilis)
2. Kerusakan pada waktu kelahiran
· Erb’s palsy (kerusakan syaraf lengan)
· Fraglitas osium (tulang yang rapuh, mudah patah)
3. Infeksi
· Tuberculosis tulang (menyerang sendi paha hingga menjadi kaku)
· Osteomyelitis (radang didalam dan disekeliling tulang belakang akibat bakteri)
· Poliomyletis (kelumpuhan akibat infeksi virus)
· Pott’s disease (tuberculosis sumsum tulang belakang)
· Still’s disease ( radang pada tulang)
· Tuberculosis pada lutut atau paha.0
4. Kondisi traumatic atau kerusakan traumatic
· Amputasi
· Kecelakaan akibat luka bakar
· Patah tulang
5. Tumor
· Oxoxtosis ( tumor tulang )
· Osteosis fibrosa cystic ( kista yang berisi cairan)
6. komdisi-kondisi lainnya
· flatfeet (telapak kaki rata)
· kyphosis ( bagian belakang sumsum tulang belakang yang cekung)
· Lordosis ( bagian muka sumsum tulang belakang yang cekung)
· Perthe’s disease (sendi paha rusak)
· Ricket (tulang lunak karena nutrisi)
· Scilosis (tulang belakang berputar, bahu dan paha miring)
Pada dasarnya kelainan pada anak tuna daksa dapat dikelompokkan menjadi dua bagian besar, yaitu
(1) Kelainan pada sistem serebral (Cerebral System), dan
(2) Kelainan pada system otot dan rangka (Musculus Skeletal System).
a. Kelainan pada system serebral (cerebral system disorders). Penggolongan anak tuna daksa kedalam kelainan sistem serebral (cerebral) didasarkan pada letak penyebab kelahiran yang terletak didalam sistem syaraf pusat (otak dan sumsum tulang belakang). Kerusakan pada sistem syarap pusat mengakibatkan bentuk kelainan yang krusial, karena otak dan sumsum tulang belakang sumsum merupakan pusat komputer dari aktivitas hidup manusia. Di dalamnya terdapat pusat kesadaran, pusat ide, pusat kecerdasan, pusat motorik, pusat sensoris dan lain sebagainya. Kelompok kerusakan bagian otak ini disebut Cerebral Palsy (CL).
Cerebral Palsy dapat diklasifikasikan menurut :
(a)    derajat kecacatan
Penggolongan Menurut Derajat Kecacatan Menurut derajat kecacatan, cerebal palsy dapat digolongkan atas : golongan ringan, golongan sedang, dan golongan berat.
1. Golongan ringan adalah : mereka yang dapat berjalan tanpa menggunakan alat, berbicara tegas, dapat menolong dirinya sendiri dalam kehidupan sehari-hari. Mereka dapat hidup bersama-sama dengan anak normal lainnya, meskipun cacat tetapi tidak mengganggu kehidupan dan pendidikannya.
2. Golongan sedang : ialah mereka yang membutuhkan treatment/latihan khusus untuk bicara, berjalan, dan mengurus dirinya sendiri, golongan ini memerlukan alat-lat khusus untuk membantu gerakannya, seperti brace untuk membantu penyangga kaki, kruk/tongkat sebagai penopang dalam berjalan. Dengan pertolongan secara khusus, anak-anak kelompok ini diharapkan dapat mengurus dirinya sendiri.
3. Golongan berat : anak cerebral palsy golongan ini yang tetap membutuhkan perawatan dalam ambulasi, bicara, dan menolong dirinya sendiri, mereka tidak dapat hidup mandiri ditengah-tengah masyarakat.
(b) topograpi anggota badan yang cacat dan
Penggolongan Menurut Tipografi dilihat dari tipografi yaitu banyaknya anggota tubuh yang lumpuh, Celebral Palsy dapat digolongkan menjadi 6 (enam) golongan, yaitu:
1. Monoplegia, hanya satu anggota gerak yang lumpuh misalnya kaki kiri, sedangkan kaki kanan dan keduanya tangannya normal.
2. Hemiplegia, lumpuh anggota gerak atas dan bawah pada sisi yang sama, misalnya tangan dan kaki kanan , atau tangan kiri dan kaki kiri.
3. Paraplegia, lumpuh pada kedua tungkai kakinya.
4. Diplegia, kedua tangan kanan dan kiri atau kedua kaki kanan dan kiri(paraple-gia).
5. Triplegia, tiga anggota gerak mengalami kelumpuhan, misalnya tangan kanan dan kedua kakinya lumpuh, atau tangan kiri dan kedua kakinya lumpuh.
6. Quadriplegia, anak jenis ini mengalami kelumpuhan seluruh anggota geraknya.
Mereka cacat pada kedua tangan dan kakinya. Quadriplegia bisa juga disebut triplegia.
(c) Sisiologi kelainan geraknya.
Penggolongan Menurut Fisiologi Dilihat dari kelainan gerak dilihat dari segi letak kelainan di otak dan fungsi geraknya(Motorik), anak Cerebral Palsy dibedakan menjadi:
1. Spastik. Tipe ini ditandai dengan adanya gejala kekejangan atau kekakuan pada sebagian ataupun seluruh otot. Dalam keadaan ketergantungan emosional kekakuan atau kekejangan itu makin bertambah, sebaliknya dalam keadaan tenang, gejala itu menjadi berkurang.
2. Athetoid. Pada tipe ini tidak terdapat kekejangan atau kekakuan. Otot-ototnya dapat digerakkan dengan mudah. Ciri khas tipe ini terdapat pada sistem gerakan. Hampir semua gerakan terjadi diluar kontrol dan koordinasi gerak.
3. Ataxia. Ciri khas tipe ini adalah seakan-akan kehilangan keseimbangan,. Kekakuan memang tidak tampak tetapi mengalami kekakuan pada waktu berdiri atau berjalan. Gangguan utama pada tipe ini terletak pada sistem koordinasi dan pusat keseimbangan pada otak. Akibatnya, anak tuna tipe ini mengalami gangguan dalam kehidupan sehari-hari, misalnya pada saat makan mulut terkatup terlebih dahulu sebelum sendok berisi makanan sampai ujung mulut.
4. Tremor. Gejala yang tampak jelas pada tipe ini adalah senantiasa dijumpai adanya gerakan-gerakan kecil dan terus-menerus berlangsung sehingga tampak seperti bentuk getaran-getaran. Gerakan itu dapat terjadi pada kepala, mata, tungkai, dan bibir.
5. Rigid. Pada tipe ini didapat kekakuan otot, tetapi tidak seperti pada tipe spastik, gerakannya tanpak tidak ada keluwesan, gerakan mekanik lebih tampak.
6. Tipe Campuran. Pada tipe ini seorang anak menunjukan dua jenis ataupun lebih gejala tuna CP sehingga akibatnya lebih berat bila dibandingkan dengan anak yang hanya memiliki satu jenis/tipe kecacatan.
b. Kelainan Pada Sistem Otot dan Rangka (Musculus Scelatel System
Penggolongan anak tuna daksa kedalam kelompok system otot dan rangka didasarkan pada letak penyebab kelainan anggota tubuh yang mengalami kelainan yaitu: kaki, tangan dan sendi, dan tulang belakang.
Jenis-jenis kelainan sistem otak dan rangka antara lain meliputi:
a.       Poliomylitis. Penderita polio adalah mengalami kelumpuhan otot sehingga otot akan mengecil dan tenaganya melemah, peradangan akibat virus polio yang menyerang sumsum tulang belakang pada anak usia 2 (dua) tahun sampai 6 (enam) tahun.
b.        Muscle Dystrophy. Anak mengalami kelumpuhan pada fungsi otot. Kelumpuhan pada penderita muscle dystrophy sifatnya progressif, semakin hari semakin parah. Kondisi kelumpuhannya bersifat simetris yaitu pada kedua tangan atau kedua kaki saja, atau kedua tangan dan kedua kakinya. Penyebab terjadinya muscle distrophy belum diketahui secara pasti. Tanda-tanda anak menderita muscle dystrophy baru kelihatan setelah anak berusia 3 (tiga) tahun melalui gejala yang tampak yaitu gerakan-gerakan anak lambat, semakin hari keadaannya semakin mundur jika berjalan sering terjatuh tanpa sebab terantuk benda, akhirnya anak tidak mampu berdiri dengan kedua kakinya dan harus duduk di atas kursi roda.



REFERENSI

Somantri, sutjihati, 2006, Psikologi Anak Luar Biasa, Bandung : Refika Reditama
 

Tidak ada komentar: