Menurut Frances G. Koening Tunadaksa dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Kerusakan yang dibawa sejak lahir atau kerusakan yang merupakan
keturunan
· Club foot ( kaki seperti tongkat)
· Club hand (tangan seperti tongkat)
· Polydactylism (jari yang lebih dari lima pada
masing-masing tangan atau kaki)
· Syndactylism (jari-jari tang berselaput atau menrmpel
satu dengan yang lainnya)
· Torticolis (gangguan pada leher sehingga kepala
terkulai dimuka)
· Spina bifida ( sebagian sumsum tulang belakang tidak
tertutup)
· Cretinism (kerdil/katai)
· Mycrocephalus (kepala yang kecil, tidal normal)
· Hydrocephalus (kepala besar berisi cairan)
· Clefpalats (langit-langit mulut yang berlubang)
· Herelip (ganguan pada bibir dan mulut)
· Congenital hip dislocation (kelumpuhan pada bagian
paha)
· Congenital amputation (bayi yang dilahirkan tanpa
anggota tertentu)
· Frederich ataxia (gangguan sumsum tulang belakang)
· Coxa valga (gangguan pad sendi paha)
2. Kerusakan pada waktu kelahiran
· Erb’s palsy (kerusakan syaraf lengan)
· Fraglitas osium (tulang yang rapuh, mudah patah)
3. Infeksi
· Tuberculosis tulang (menyerang sendi paha hingga
menjadi kaku)
· Osteomyelitis (radang didalam dan disekeliling tulang
belakang akibat bakteri)
· Poliomyletis (kelumpuhan akibat infeksi virus)
· Pott’s disease (tuberculosis sumsum tulang belakang)
· Still’s disease ( radang pada tulang)
· Tuberculosis pada lutut atau paha.0
4. Kondisi traumatic atau kerusakan traumatic
· Amputasi
· Kecelakaan akibat luka bakar
· Patah tulang
5. Tumor
· Oxoxtosis ( tumor tulang )
· Osteosis fibrosa cystic ( kista yang berisi cairan)
6. komdisi-kondisi lainnya
· flatfeet (telapak kaki rata)
· kyphosis ( bagian belakang sumsum tulang belakang yang
cekung)
· Lordosis ( bagian muka sumsum tulang belakang yang
cekung)
· Perthe’s disease (sendi paha rusak)
· Ricket (tulang lunak karena nutrisi)
· Scilosis (tulang belakang berputar, bahu dan paha
miring)
Pada dasarnya kelainan pada anak
tuna daksa dapat dikelompokkan menjadi dua bagian besar, yaitu
(1) Kelainan pada sistem serebral (Cerebral System), dan
(2) Kelainan pada system otot dan rangka (Musculus Skeletal System).
a. Kelainan pada system serebral (cerebral system disorders).
Penggolongan anak tuna daksa kedalam kelainan sistem serebral (cerebral)
didasarkan pada letak penyebab kelahiran yang terletak didalam sistem syaraf
pusat (otak dan sumsum tulang belakang). Kerusakan pada sistem syarap pusat
mengakibatkan bentuk kelainan yang krusial, karena otak dan sumsum tulang
belakang sumsum merupakan pusat komputer dari aktivitas hidup manusia. Di
dalamnya terdapat pusat kesadaran, pusat ide, pusat kecerdasan, pusat motorik,
pusat sensoris dan lain sebagainya. Kelompok kerusakan bagian otak ini disebut
Cerebral Palsy (CL).
Cerebral Palsy dapat
diklasifikasikan menurut :
(a)
derajat kecacatan
Penggolongan
Menurut Derajat Kecacatan Menurut derajat kecacatan, cerebal palsy dapat
digolongkan atas : golongan ringan, golongan sedang, dan golongan berat.
1. Golongan ringan adalah : mereka yang dapat berjalan tanpa
menggunakan alat, berbicara tegas, dapat menolong dirinya sendiri dalam
kehidupan sehari-hari. Mereka dapat hidup bersama-sama dengan anak normal
lainnya, meskipun cacat tetapi tidak mengganggu kehidupan dan pendidikannya.
2. Golongan sedang : ialah mereka yang membutuhkan treatment/latihan
khusus untuk bicara, berjalan, dan mengurus dirinya sendiri, golongan ini
memerlukan alat-lat khusus untuk membantu gerakannya, seperti brace untuk
membantu penyangga kaki, kruk/tongkat sebagai penopang dalam berjalan. Dengan
pertolongan secara khusus, anak-anak kelompok ini diharapkan dapat mengurus
dirinya sendiri.
3. Golongan berat : anak
cerebral palsy golongan ini yang tetap membutuhkan perawatan dalam ambulasi,
bicara, dan menolong dirinya sendiri, mereka tidak dapat hidup mandiri
ditengah-tengah masyarakat.
(b) topograpi anggota badan yang
cacat dan
Penggolongan
Menurut Tipografi dilihat dari tipografi yaitu banyaknya anggota tubuh
yang lumpuh, Celebral Palsy dapat digolongkan menjadi 6 (enam) golongan, yaitu:
1. Monoplegia, hanya satu anggota gerak yang lumpuh misalnya kaki
kiri, sedangkan kaki kanan dan keduanya tangannya normal.
2. Hemiplegia, lumpuh anggota gerak atas dan bawah pada sisi yang
sama, misalnya tangan dan kaki kanan , atau tangan kiri dan kaki kiri.
3. Paraplegia, lumpuh pada kedua tungkai kakinya.
4. Diplegia, kedua tangan kanan dan kiri atau kedua kaki kanan dan
kiri(paraple-gia).
5. Triplegia, tiga anggota gerak mengalami kelumpuhan, misalnya
tangan kanan dan kedua kakinya lumpuh, atau tangan kiri dan kedua kakinya
lumpuh.
6. Quadriplegia, anak jenis ini mengalami kelumpuhan seluruh anggota
geraknya.
Mereka cacat
pada kedua tangan dan kakinya. Quadriplegia bisa juga disebut triplegia.
(c) Sisiologi kelainan geraknya.
Penggolongan Menurut Fisiologi Dilihat dari kelainan gerak dilihat
dari segi letak kelainan di otak dan fungsi geraknya(Motorik), anak Cerebral
Palsy dibedakan menjadi:
1. Spastik. Tipe ini ditandai dengan adanya gejala kekejangan atau
kekakuan pada sebagian ataupun seluruh otot. Dalam keadaan ketergantungan
emosional kekakuan atau kekejangan itu makin bertambah, sebaliknya dalam
keadaan tenang, gejala itu menjadi berkurang.
2. Athetoid. Pada tipe ini tidak terdapat kekejangan atau kekakuan.
Otot-ototnya dapat digerakkan dengan mudah. Ciri khas tipe ini terdapat pada
sistem gerakan. Hampir semua gerakan terjadi diluar kontrol dan koordinasi
gerak.
3. Ataxia. Ciri khas tipe ini adalah seakan-akan kehilangan
keseimbangan,. Kekakuan memang tidak tampak tetapi mengalami kekakuan pada
waktu berdiri atau berjalan. Gangguan utama pada tipe ini terletak pada sistem
koordinasi dan pusat keseimbangan pada otak. Akibatnya, anak tuna tipe ini
mengalami gangguan dalam kehidupan sehari-hari, misalnya pada saat makan mulut
terkatup terlebih dahulu sebelum sendok berisi makanan sampai ujung mulut.
4. Tremor. Gejala yang tampak jelas pada tipe ini adalah senantiasa
dijumpai adanya gerakan-gerakan kecil dan terus-menerus berlangsung sehingga
tampak seperti bentuk getaran-getaran. Gerakan itu dapat terjadi pada kepala,
mata, tungkai, dan bibir.
5. Rigid. Pada tipe ini didapat kekakuan otot, tetapi tidak seperti
pada tipe spastik, gerakannya tanpak tidak ada keluwesan, gerakan mekanik lebih
tampak.
6. Tipe Campuran. Pada tipe ini seorang anak menunjukan dua jenis
ataupun lebih gejala tuna CP sehingga akibatnya lebih berat bila dibandingkan
dengan anak yang hanya memiliki satu jenis/tipe kecacatan.
b. Kelainan Pada Sistem Otot dan Rangka (Musculus Scelatel System
Penggolongan
anak tuna daksa kedalam kelompok system otot dan rangka didasarkan pada letak
penyebab kelainan anggota tubuh yang mengalami kelainan yaitu: kaki, tangan dan
sendi, dan tulang belakang.
Jenis-jenis kelainan sistem otak dan
rangka antara lain meliputi:
a.
Poliomylitis. Penderita polio adalah mengalami
kelumpuhan otot sehingga otot akan mengecil dan tenaganya melemah, peradangan
akibat virus polio yang menyerang sumsum tulang belakang pada anak usia 2 (dua)
tahun sampai 6 (enam) tahun.
b.
Muscle Dystrophy. Anak mengalami kelumpuhan pada
fungsi otot. Kelumpuhan pada penderita muscle dystrophy sifatnya progressif,
semakin hari semakin parah. Kondisi kelumpuhannya bersifat simetris yaitu pada
kedua tangan atau kedua kaki saja, atau kedua tangan dan kedua kakinya.
Penyebab terjadinya muscle distrophy belum diketahui secara pasti. Tanda-tanda
anak menderita muscle dystrophy baru kelihatan setelah anak berusia 3 (tiga)
tahun melalui gejala yang tampak yaitu gerakan-gerakan anak lambat, semakin
hari keadaannya semakin mundur jika berjalan sering terjatuh tanpa sebab
terantuk benda, akhirnya anak tidak mampu berdiri dengan kedua kakinya dan
harus duduk di atas kursi roda.
REFERENSI
Somantri, sutjihati, 2006, Psikologi Anak Luar Biasa,
Bandung : Refika Reditama
Tidak ada komentar:
Posting Komentar