TUNA DAKSA
PENGERTIAN
Definisi Tuna Daksa Menurut situs resmi Direktorat Pembinaan Sekolah Luar
Biasa, Tuna Daksa berasal dari kata “Tuna“ yang berarti rugi, kurang dan
“daksa“ berarti tubuh. Tunadaksa berarti suatu keadaan
rusak atau terganggu sebagai akibat gangguan bentuk atau hambatan pada tulang,
otot, dan sendi dalam fungsinya yang normal. Dalam banyak literitur cacat tubuh atau kerusakan tubuh tidak terlepas
dari pembahasan tentang kesehatan sehingga sering dijumpai judul “Physical and
Health Impairments“ (kerusakan atau gangguan fisik dan kesehatan). Hal ini
disebabkan karena seringkali terdapat gangguan kesehatan.
Tuna daksa adalah suatu keadaan rusak atau terganggu sebagai akibat
gangguan bentu atau hambatan pada tulang, otot, atau sendi dalam fungsinya yang
normal. Kondisi ini dapat disebabkan oleh penyakit atau keceelakaan atau dapat
juga disebabkan oleh pembawaan sejak lahir (White House Conference, 1931).
KARAKTER/CIRI-CIRI BERDASARKAN LITERATUR
Karakteristik
anak tuna daksa berdasarkan literatur :
1.
Karakteristik
umum anak tunadaksa
Karakteristik umum anak
tunadaksa ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yang membentuknya. Hal ini
berkaitan dengan beragamnya kecacatan dan tingkat kecacatan yang disandang anak
tunadaksa, peran lingkungan yang membentuk dan juga sifat bawaan yang ada dalam
diri anak tunadaksa.
Adapun karakteristik secara umum adalah:
a.
Anggota gerak tubuh kaku/ lemah/ lumpuh
b.
Kesulitan
dalam gerakan (tidak sempurna, tidak lentur/tidak terkendali)
c. Terdapat
bagian angggota gerak yang tidak lengkap/ tidak sempurna/ lebih kecil dari
biasanya
d.
Terdapat
cacat pada alat gerak
e.
Jari tangan
kaku dan tidak dapat menggenggam
f.
Kesulitan
pada saat berdiri/ berjalan/ duduk, dan menunjukkan sikap tubuh tidak normal
g.
Hiperaktif/ tidak
dapat tenang
2.
Karakteristik
khusus anak tunadaksa
Karakteristik
khusus anak tunadaksa ini subjeknya digolongkan menjadi dua yaitu anak yang
mengalami kelainan sistem cerebral dan anak yang mengalami kelainan sistem
muskulus skeletal.
Anak yang
mengalami kelainan sistem cerebal, mereka mengalami gangguan dalam hal
menangkap pesan-pesan yang disampaikan padanya, mengalami gangguan motorik,
gangguan sensoris, mempunyai tingkat kecerdasan yang berentang mulai dari
tingkat yang paling rendah sampai ke tingkat gifted, gangguan dalam hal persepsi,
gangguan dalam hal simbolisasi, gangguan dalam hal emosi dan penyesuaian diri.
Sedangkan
anak yang mengalami kelainan sistem muskulus skeletal, kelainan yang dialaminya
dapat berupa kelumpuhan otot, kerusakan otot, dan kelainan otot yang mengakibatkan
mereka mengalami hambatan dalam mobilisasi dan melakukan berbagai gerakan.
Namun, sebagian besar anak penyandang kelainan sistem skeletal mempunyai
tingkat kecerdasan normal karena kerusakan yang dialami tidak berhubungan
secara langsung dengan otak. Meskipun demikian, ada juga yang mempunyai tingkat
kecerdasan di bawah rata- rata anak normal lainnya.
Adapun
karakteristik yang lainnya, anak berkelainan sistem muskulus skeletal mempunyai
ketidakstabilan emosi. Hal ini dapat berupa mudah tersinggung, mudah marah,
lekas putus asa, rendah diri, kurang dapat bergaul, malu, dan suka menyendiri.
Ketidakstabilan emosi ini disebabkan oleh perkembangan pribadinya yang tidak
ditunjang oleh lingkungannya, bukan karena kecacatan yang dialaminya.
Referensi:
Somantri, sutjihati, 2006, Psikologi Anak Luar Biasa,
Bandung : Refika Reditama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar