Pages

Senin, 21 Oktober 2013

Definisi dan Karakter dari Tuna Daksa


 TUNA DAKSA
PENGERTIAN
Definisi Tuna Daksa Menurut situs resmi Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa, Tuna Daksa berasal dari kata “Tuna“ yang berarti rugi, kurang dan “daksa“ berarti tubuh. Tunadaksa berarti suatu keadaan rusak atau terganggu sebagai akibat gangguan bentuk atau hambatan pada tulang, otot, dan sendi dalam fungsinya yang normal. Dalam banyak literitur cacat tubuh atau kerusakan tubuh tidak terlepas dari pembahasan tentang kesehatan sehingga sering dijumpai judul “Physical and Health Impairments“ (kerusakan atau gangguan fisik dan kesehatan). Hal ini disebabkan karena seringkali terdapat gangguan kesehatan.
Tuna daksa adalah suatu keadaan rusak atau terganggu sebagai akibat gangguan bentu atau hambatan pada tulang, otot, atau sendi dalam fungsinya yang normal. Kondisi ini dapat disebabkan oleh penyakit atau keceelakaan atau dapat juga disebabkan oleh pembawaan sejak lahir (White House Conference, 1931).

KARAKTER/CIRI-CIRI BERDASARKAN LITERATUR
Karakteristik anak tuna daksa berdasarkan literatur :
1.        Karakteristik umum anak tunadaksa
Karakteristik umum anak tunadaksa ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yang membentuknya. Hal ini berkaitan dengan beragamnya kecacatan dan tingkat kecacatan yang disandang anak tunadaksa, peran lingkungan yang membentuk dan juga sifat bawaan yang ada dalam diri anak tunadaksa.
 Adapun karakteristik secara umum adalah:
a.         Anggota gerak tubuh kaku/ lemah/ lumpuh
b.         Kesulitan dalam gerakan (tidak sempurna, tidak lentur/tidak terkendali)
c.      Terdapat bagian angggota gerak yang tidak lengkap/ tidak sempurna/ lebih kecil dari biasanya
d.        Terdapat cacat pada alat gerak
e.         Jari tangan kaku dan tidak dapat menggenggam
f.          Kesulitan pada saat berdiri/ berjalan/ duduk, dan menunjukkan sikap tubuh tidak normal
g.         Hiperaktif/ tidak dapat tenang
2.        Karakteristik khusus anak tunadaksa
Karakteristik khusus anak tunadaksa ini subjeknya digolongkan menjadi dua yaitu anak yang mengalami kelainan sistem cerebral dan anak yang mengalami kelainan sistem muskulus skeletal.
Anak yang mengalami kelainan sistem cerebal, mereka mengalami gangguan dalam hal menangkap pesan-pesan yang disampaikan padanya, mengalami gangguan motorik, gangguan sensoris, mempunyai tingkat kecerdasan yang berentang mulai dari tingkat yang paling rendah sampai ke tingkat gifted, gangguan dalam hal persepsi, gangguan dalam hal simbolisasi, gangguan dalam hal emosi dan penyesuaian diri.
Sedangkan anak yang mengalami kelainan sistem muskulus skeletal, kelainan yang dialaminya dapat berupa kelumpuhan otot, kerusakan otot, dan kelainan otot yang mengakibatkan mereka mengalami hambatan dalam mobilisasi dan melakukan berbagai gerakan. Namun, sebagian besar anak penyandang kelainan sistem skeletal mempunyai tingkat kecerdasan normal karena kerusakan yang dialami tidak berhubungan secara langsung dengan otak. Meskipun demikian, ada juga yang mempunyai tingkat kecerdasan di bawah rata- rata anak normal lainnya.
Adapun karakteristik yang lainnya, anak berkelainan sistem muskulus skeletal mempunyai ketidakstabilan emosi. Hal ini dapat berupa mudah tersinggung, mudah marah, lekas putus asa, rendah diri, kurang dapat bergaul, malu, dan suka menyendiri. Ketidakstabilan emosi ini disebabkan oleh perkembangan pribadinya yang tidak ditunjang oleh lingkungannya, bukan karena kecacatan yang dialaminya.


Referensi:
Somantri, sutjihati, 2006, Psikologi Anak Luar Biasa, Bandung : Refika Reditama.

Tidak ada komentar: